Praktikum Anatomi dan Fisiologi Manusia (Peredaran Limfe)
I.
Judul
Peredaran Limfe
II.
Tujuan
Mempelajari dan memahami
proses peredaran darah limfe
III.
Alat
dan Bahan
1. Buku
Ajar Anatomi dan Fisiologi Manusia
2. Atlas
Anatomi
3. Internet
IV.
Prosedur/
Petunjuk Pelaksanaan
Menggunakan informasi
yang diperoleh dari buku sumber dan nara sumber yang relevan untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan berikut ini.
V.
Jawaban
Pertanyaan
1. Perbedaan
komponen darah dengan cairan limfe
Komponen penyusun darah terdiri dari plasma darah
(cairan) dan sel-sel penyusun dara, yang terdiri dari eritrosit, leukosit, dan
trombosit. Darah terdiri daripada beberapa jenis korpuskula (sel-sel darah)
yang membentuk 45% bagian dari darah. Bagian 55% yang lain berupa cairan
kekuningan yang membentuk medium cairan darah yang disebut plasma darah.
Sedangkan cairan limfe Selain peredaran darah, pada
manusia terdapat juga peredaran
limfe atau peredaran getah bening. Peredaran getah bening
merupakan peredaran terbuka,
yaitu dimulai dari dalam jaringan dan berakhir pada pembuluh balik bawah
selangka (vena sub klavia).
Cairan ini
berasal dari darah yang keluar melalui dinding kapiler lalu masuk ke ruang
antarsel, dan kemudian masuk ke pembuluh halus yang disebut pembuluh getah bening (limfe). Dari
pembuluh limfe kecil, kemudian berkumpul pada pembuluh getah bening yang besar,
dan yang terakhir masuk ke vena sub klavia.
Pembuluh limfe besar ada dua macam,
yaitu:
Sistem pembuluh limfe dada (ductus thoraxicus):
mengalirkan limfe dari bagian tubuh sebelah bawah, dan bagian tubuh atas
sebelah kiri ke pembuluh vena bawah selangka kiri.
Sistem pembuluh limfe dada kanan (ductus limfaticus
dexter): mengalirkan limfe dari daerah kepala, leher, dada, paru-paru,
jantung dan lengan kanan ke vena bawah selangka kanan.
2. Fungsi
cairan limfe
a.
Mengumpulkan dan mengembalikan
cairan interstisiil, termasuk protein plasma ke darah, sehingga membantu
mempertahankan keseimbanngan cairan (fluid balance).
b.
Mempertahankan tubuh terhadap
penyakit dengan memproduksi limfosit
c.
Menyerap lemak dari intestinum dan
membawanya ke darah.
d.
Mengeluarkan zat-zat toksik dan
debris seluler dari jaringan setelah infeksi atau kerusakan jaringan
e.
Sistem limfatik mengendalikan
kualitas aliran cairan dengan cara menyaring melalui nodus-nodus limfe sebelm
mengmbalikanya ke sirkulasi
3.
Proses peredaran limfe
Cairan
limfe dari seluruh tubuh (kecuali dari kwadran kanan atas: kepala bagian kanan,
leher kanan, tangan kanan, dan dada kanan) mengalir ke dalam ductus thoracicus,
dan akhirnya bermuara pada vena subclavia kiri. Cairan limfe yang berasal dari
kwadran kanan atas akan bermuara pada ductus lympaticus dexter (disebut juga
iga pembuluh pengumpul), dan kemudian mengalir ke dalam vena subclavia kanan.
4.
kelenjar
limfe adalah suatu kelenjar yang memerankan peranan penting dalam sistem
kekebalan tubuh, dan juga berfungsi dalam mengembalikan darah yang keluar dari
pembuluh darah, dan mengembalikannya.
5.
Penyakit amandel adalah
penyakit yang disebabkan oleh kerusakan
pada permukaan selaput lendir. Jika sudah parah dapat menyerang dan
merusak jaringan amandel. Penyebab amandel adalah basil fusiformis dan basil
spirlia yang memicu terjadinya peradangan atau pembengkakan pada tonsil.
Operasi amandel dilakukan
jika mendapatkan indikasi tertentu. Tujuan ini dilakukan untuk melakukan
pembedahan yang tepat sesuai dengan sasaran. Namun tidak semua kasus amandel
yang mengalami pembesaranharus segera dibuang dan juga harus segera diangkat. Namun,
bisa saja amandel yang tidak terlalu besar harus tetap dibedah dan diangkat
akibat adanya suatu komplikasi tertentu yang terjadi.
Indikasi operasi pada amandel adalah:
a. Bila
dalam setahun terjadi kekambuhan lebih dari 3 kali
b. Hipertrofi
tonsil (pembesaran amandel) dengan sumbatan jalan nafas (misalnya mendengkur),
gangguan menelan berat, gangguan tidur, dan komplikasi jantung paru.
c. Curiga
keganasan pada amandel.
d. Riwayat
dyphteri tonsil, infeksi streptokokus beta hemolitikus, abses peritonsil
Kapan
dilakukan operasi yaitu saat tonsil dalam keadaan tenang tidak terinfeksi,
biasanya 1 bulan dari infeksi terakhir.
6.
Nodus limfa ada di seluruh tubuh.
Ada hampir 600 hingga 700 kacang ini berbentuk kelenjar dari saluran limfatik.
Ini adalah bagian penting dari sistem kekebalan tubuh. Ini bertindak sebagai
filter untuk menghapus kuman, infeksi, racun dan lainya. Letak kelenjar getah
bening yaitu pada ketiak, selangkangan, sisi leher, belakang kulit kepala dan
di belakang telinga, di bawah rahang bawah dan dagu. Ada beberapa kondisi umum
yang mengakibatkan bengkak kelenjar getah bening, salah satu diantaranya
termasuk infeksi. Infeksi, seperti bisul, abses atau kulit infeksi dapat
menyebabkan pembengkakan nodus limfa terkait. Jika ada infeksi pada tangan,
mungkin ada kelenjar bengkak di ketiak. Hal ini dikarenakan fungsi dari getah
bening adalah untuk pertahanan, jika ada infeksi maka getah bening akan bekerja
menggulangi infeksi tersebut yang akan menyebabkan sedikit rasa nyeri pada
posisi dari getah bening tersebut.
7.
Mekanisme terjadinya oedema
a.
Adanya kongesti
Pada kondisi vena yang
terbendung (kongesti), terjadi peningkatan tekanan hidrostatik intra vaskula
(tekanan yang mendorong darah mengalir di dalam vaskula oleh kerja pompa
jantung) menimbulkan perembesan cairan plasma ke dalam ruang interstitium.
Cairan plasma ini akan mengisi pada sela-sela jaringan ikat longgar dan rongga
badan (terjadi edema).
b.
Obstruksi limfatik
Apabila
terjadi gangguan aliran limfe pada suatu daerah (obstruksi/penyumbatan), maka
cairan tubuh yang berasal dari plasma darah dan hasil metabolisme yang masuk ke
dalam saluran limfe akan tertimbun (limfedema). Limfedema ini sering terjadi
akibat mastek-tomi radikal untuk mengeluarkan tumor ganas pada payudara atau
akibat tumor ganas menginfiltrasi kelenjar dan saluran limfe. Selain itu,
saluran dan kelenjar inguinal yang meradang akibat infestasi filaria dapat juga
menyebabkan edema pada scrotum dan tungkai (penyakit filariasis atau kaki
gajah/elephantiasis).
c.
Permeabilitas kapiler yang bertambah
Endotel kapiler merupakan suatu membran semi
permeabel yang dapat dilalui oleh air dan elektrolit secara bebas, sedangkan
protein plasma hanya dapat melaluinya sedikit atau terbatas. Tekanan osmotic
darah lebih besar dari pada limfe. Daya permeabilitas ini bergantung kepada
substansi yang mengikat sel-sel endotel tersebut. Pada keadaan tertentu,
misalnya akibat pengaruh toksin yang bekerja terhadap endotel, permeabilitas
kapiler dapat bertambah. Akibatnya ialah protein plasma keluar kapiler,
sehingga tekanan osmotic koloid darah menurun dan sebaliknya tekanan osmotic
cairan interstitium bertambah. Hal ini mengakibatkan makin banyak cairan yang meninggalkan
kapiler dan menimbulkan edema. Bertambahnya permeabilitas kapiler dapat terjadi
pada kondisi infeksi berat dan reaksi anafilaktik.
a) Hipoproteinemia
Menurunnya jumlah protein darah (hipoproteinemia) menimbulkan rendahnya daya ikat air protein plasma yang tersisa, sehingga cairan plasma merembes keluar vaskula sebagai cairan edema. Kondisi hipoproteinemia dapat diakibatkan kehilangan darah secara kronis oleh cacing Haemonchus contortus yang menghisap darah di dalam mukosa lambung kelenjar (abomasum) dan akibat kerusakan pada ginjal yang menimbulkan gejala albuminuria (proteinuria, protein darah albumin keluar bersama urin) berkepanjangan. Hipoproteinemia ini biasanya mengakibatkan edema umum
Menurunnya jumlah protein darah (hipoproteinemia) menimbulkan rendahnya daya ikat air protein plasma yang tersisa, sehingga cairan plasma merembes keluar vaskula sebagai cairan edema. Kondisi hipoproteinemia dapat diakibatkan kehilangan darah secara kronis oleh cacing Haemonchus contortus yang menghisap darah di dalam mukosa lambung kelenjar (abomasum) dan akibat kerusakan pada ginjal yang menimbulkan gejala albuminuria (proteinuria, protein darah albumin keluar bersama urin) berkepanjangan. Hipoproteinemia ini biasanya mengakibatkan edema umum
b) Tekanan
osmotic koloid
Tekanan osmotic koloid dalam jaringan biasanya
hanya kecil sekali, sehingga tidak dapat melawan tekanan osmotic yang terdapat
dalam darah. Tetapi pada keadaan tertentu jumlah protein dalam jaringan dapat
meninggi, misalnya jika permeabilitas kapiler bertambah. Dalam hal ini maka
tekanan osmotic jaringan dapat menyebabkan edema. Filtrasi cairan plasma
juga mendapat perlawanan dari tekanan jaringan (tissue tension). Tekanan ini
berbeda-beda pada berbagai jaringan. Pada jaringan subcutis yang renggang
seperti kelopak mata, tekanan sangat rendah, oleh karena itu pada tempat
tersebut mudah timbul edema.
c) Retensi natrium dan
air
Retensi natrium terjadi bila eksresi natrium dalam kemih lebih
kecil dari pada yang masuk (intake). Karena konsentrasi natrium meninggi maka
akan terjadi hipertoni. Hipertoni menyebabkan air ditahan, sehingga jumlah
cairan ekstraseluler dan ekstravaskuler (cairan interstitium) bertambah.
Akibatnya terjadi edema. Retensi natrium dan air dapat diakibatkan oleh factor
hormonal (penigkatan aldosteron pada cirrhosis hepatis dan sindrom nefrotik dan
pada penderita yang mendapat pengobatan dengan ACTH, testosteron, progesteron
atau estrogen). ...................................................................
Untuk Membaca Selengkapnya Klik Tombol Download.
.
Comments
Post a Comment