Praktikum Biokimia (Reaksi-reaksi Uji Karbohidrat)
REAKSI-REAKSI
UJI KARBOHIDRAT
I. TUJUAN
Tujuan dari Percobaan ini adalah:
1.
Membedakan
senyawa yang mudah di dehidrasi asam sulfat pekat menjadi senyawa furfural
dengan Uji Molisch.
2.
Membedakan
pati dari Sakarida lainnya dengan uji Iodin
II.
DASAR
TEORI
1.
KARBOHIDRAT
Cahaya
nCO2(g)
+ mH2O(l) → Cn(H2O)m + nO2
Matahari
|
Karbohidrat
merupakan sumber karbon untuk organisme hidup. Karbohidrat juga merupakan
sumber karbon untuk sintesis biomolekul dan sebagai bentuk energi polimerik.
Karbohidrat didefinisikan sebagai senyawa polihidroksi-aldehid atau
polihidroksi-keton dan turunannya. Karbohidrat dapat digolongkan ke dalam
monosakarida, disakarida dan polisakarida.
1. Monosakarida
Monosakarida
merupakan sakarida sederhana yang tidak dapat dihidrolisis menjadi satuan
terkecil walaupun dalam suasana yang lunak sekalipun. Monosakarida dapat
melangsungkan reaksi antar molekul reversible membentuk senyawa lingkar. Suatu
aldoa seperti glukosa membentuk cincin piranosa lingkar enam sedangkan ketosa
seperti fruktosa membentuk cincin furanosa lingkar lima.
Struktur
khas monosakarida dapat diidentifikasi menggunakan reaksi kimia berikut:
a. Senyawa Iodo
Jika
suatu aldosa direaksikan dengan Asam Iodida (HI), maka aldosa akan kehilangan
seluruh oksigennya dan digantikan dengan senyawa Iodat (C6H13I).
Turunan yang dihasilkan merupakan suatu senyawa dengan rantai lurus seperti
heksana. Ini membuktikan bahwa aldosa tidak mempunyai rantai samping. Dengan
reaksi:
C6H12O6
+ HI → CH3-CH2-CH2-CH2-CH2-CH2I
+ 3O2
b. Oksidasi
Oksidasi
monosakarida akan menghasilkan asam. Gugus aldehid yang terdapat pada aldosa
teroksidasi menjadi gugus aldonat. Apabila gugus CH2OH teroksidasi
maka akan membentuk asam uronat. Larutan HNO3 pekat dapat mengoksidasi kedua gugus aldehida membentuk
asam sakarat.
2. Disakarida
Disakarida
terdiri dari dua lingkar monosakarida. Ikatan yang menghubungkan kedua
monosakarida tersebut disbut ikatan glikosidik, yang terbentuk dengan cara
kondensasi gugus hidroksil pada atom karbon nomor satu dari satu monosakarida
dengan gugus hidroksil dari salah satu atom karbon nomor 2,4 atau 6 pada
monosakarida yang kedua. Contoh disakarida adalah:
a.
Maltosa
tersusun atas 2 glukosa
b.
Laktosa
tersusun atas beta-D-Galaktosa dengan Beta-D-glukosa.
c.
Sukrosa
tersusun atas fruktosa dan glukosa
3. Polisakarida
Poliskaarida
terdiri dari rantai monosakarida, yang dapat
digolongkan secara fungsional ke dalam dua kelompok besar yaitu struktur
polisakarida dan nutrien polisakarida. Struktural poliskarida berlaku sebagai
pembngun komponen dari organel sel dan sebagai unsur pendukung intrasel.
Polisakarida yang termasuk golongan ini adalah selulosa, kitin, kondroitin, dan
asam hialuronat. Polisakarida nutrien berperan sebagai sumber cadangan
monosakarida yang termasuk dalam kelompok ini adalah paraamilum, pati dan glikogen.
2. REAKSI-REAKSI KARBOHIDRAT
Sifat-sifat
kimia karbohidrat berkaitan dengan gugus fungsional yang terdapat dalam molekul
yaitu gugus hidroksi, gugus aldehid dan gugus keton. Beberapa sifat kimia
karbohidrat dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan membedakan senyawa karbohidrat yang satu dengan yang
lainnya. Monosakarida dan beberapa disakarida mempunyai sifat dapat mereduksi
terutama dalam suasana basa. Sifat reduktor ini karena adanya gugus aldehid
atau keton bebas pada karbohidrat. Pereaksi-pereaksi karbohidrat seperti:
a.
Pereaksi
Barford
Terdiri atas tembaga (II) asetat dan asam asetat dalam
pelarut air yang digunakan untuk
membedakan antara monosakarida dan disakarida. Monoskaarida cepat sekali mereduksi ion
Cu(II) menjadi Cu(I) sedangkan disakarida agak lambat, walaupun dengan
konsentrasi yang sama. Reaksinya :
Monosakarida + Cu2+ → Cu2O (cepat)
Disakarida + Cu2+ → Cu2O (lambat)
b.
Pereaksi
Molisch
Terdiri dari α-naftol dalam pelarut alkohol. Jika glukosa ditambahkan pereaksi ini kemudian dialirkan asam sulfat pekat secara hati-hati maka akan terbentuk 2 lapisan zat cair. Pada batas antara kedua lapisan itu terbentuk cincin warna ungu akibat terjadinya reaksi kondensasi antara α-naftol dan furfural (furfural terbentuk akibat dehidrasi glukosa dalam asetat yang panas).
III. ALAT DAN BAHAN
a. Alat
No
|
Alat
|
Ukuran/Jumlah
|
1
|
Tabung
reaksi
|
10
Buah
|
2
|
Pengaduk
|
4
buah
|
3
|
Sikat
tabung reaksi
|
1 Buah
|
4
|
Penjepit
tabung reaksi
|
1 buah
|
5
|
Gelas
kimia
|
1
Buah
|
6
|
Botol
semprot berisi aquadest
|
1 Buah
|
7
|
Keping
tetes
|
1 Buah
|
8
|
Penangas
|
1 Buah
|
9
|
Gelas
ukur
|
10 mL
/ 1 buah
|
10
|
Pipet tetes
|
1 buah
|
b. Bahan
No
|
Bahan
|
Konsentrasi / Jumlah
|
1
|
Amilum
|
1 %
|
2
|
Glukosa
|
1%
|
3
|
Fruktosa
|
|
4
|
H2SO4
pekat
|
-
|
5
|
Larutan Gula
|
-
|
6
|
Larutan madu
|
-
|
7
|
HCl
|
6 N
|
8
|
NaOH
|
6 N
|
9
|
Larutan
iodine
|
0,01 M
|
IV. PROSEDUR KERJA
1. Uji Molisch
1. Memasukkan 2 mL karbohidrat ke dalam tabung reaksi dan menambahkan 3
tetes larutan molish dalam
tabung reaksi tersebut, kemudian di aduk pelan-pelan.
2. Menambahkan 5 tetes asam sulfat pekat melalui dinding
tabung reaksi (iringkan tabung)
3. Memperhatikan warna yang terbentuk pada
bidang batas kedua lapisan, adanya warna merah atau ungu menunjukkan reaksi
positif.
4. Mengulanginya pada larutan Glukosa 1%.
5. Mengulanginya pada larutan Fruktosa
1%
6. Mengulanginya pada larutan gula
7. Mengulanginya pada larutan madu
8. Mencatat hasil uji molisch pada kedua
larutan.
2. Uji Iodin
1.
Menyiapkan
3 tabung reaksi dan memberi label pada ketiga tabung tersebut
2.
Menambahkan
ke dalam tiap tabung 3 mL amilum dan 2 tetes iodine
3.
Menambahkan
2 tetes air kedalam tabung A
4.
Menambahkan
2 tetes HCl 6 N kedalam tabung B
5.
Menambahkan
2 tetes NaOH 6 N Kedalam tabung C
6.
Mengocok
semua tabung, mengamati warna yang terbentuk
7.
Memanaskan tabung yang berwarna, dan mendinginkan.
8.
Mencatat perubahan- perubahan yang terjadi
V.
HASIL
PENGAMATAN
1.
Uji
Molisch
No.
|
Perlakuan
|
Hasil
Pengamatan
|
1
|
-
Amilum
1% 2 mL + 3 tetes larutan molisch,
-
+ 5 mL H2SO4 pekat
|
-
Terbentuk cincin berwarna pink
-
Terbentuk cincin berwarna merah (+)
|
2
|
-
Glukosa
1% 2 mL + 3 tetes larutan molisch,
-
+ 5
mL H2SO4 pekat
|
-
Terbentuk cincin berwarna pink
- Terbentuk
cincin berwarna merah
(+)
|
3
|
-
Larutan Gula
2 mL + 3 tetes larutan molisch,
-
+ 5
mL H2SO4 pekat
|
-
Terbentuk cincin berwarna pink
- Terbentuk cincin berwarna merah (+)
|
4
|
-
Larutan Madu
2 mL + 3 tetes larutan molisch,
-
+ 5
mL H2SO4 pekat
|
-
Terbentuk cincin berwarna pink
- Terbentuk cincin berwarna merah (+)
|
5
|
-
Fruktosa 1%2
mL +
3 tetes larutan molisch,
-
+ 5
mL H2SO4 pekat
|
-
Terbentuk cincin berwarna pink
- Terbentuk cincin berwarna merah (+)
|
2. Uji Iodine
Perlakuan
|
Tabung I
|
Tabung II
|
Tabung III
|
Untuk
tabung I-III
Amilum 3 mL + Iodine 2 tetes
|
Warna Biru + 2 tetes air
Warna biru dipanaskan
Warna bening
|
Warna Biru + 2 tetes HCl
Warna biru dipanaskan
Warna bening
|
Warna Biru + 2 tetes NaOH
Bening
Tidak dipanaskan
-
|
VI.
PEMBAHASAN
Uji Molisch
Uji Molisch merupakan
campuran antara α-naftol dalam pelarut alkohol.
Uji ini untuk mendeteksi senyawa-senyawa karbohidrat yang mudah didehidrasi
oleh asam sulfat pekat menjadi senyawa furfural atau senyawa furfural
tersubstitusi. Warna ungu yang terjadi antara dua lapisan disebabkan oleh
kondensasi furfural atau derivatnya
dengan α-naftol.
Larutan yang diuji dalam uji ini adalah larutan amilum, larutan glukosa, larutan gula,
larutan madu, larutan fruktosa. Pada
percobaan dengan larutan amilum dan larutan fruktosa didapat data hasil pengamatan bahwa terbentuk dua lapisan yang diantara dua lapisannya berwarna merah,
ini berarti bahwa larutan amilum
menunjukkan reaksi yang positif terhadap uji molisch. Pada larutan glukosa,larutan gula, dan
larutan madu, diantara dua
lapisan tersebut terbentuk warna merah
yang berarti glukosa menunjukan uji yang positif terhadap pereaksi molisch
Warna yang
sebenarnya dalam uji molis terhadap glukosa, larutan gula, larutan madu, yang sebenarnya adalah
warna ungu,namun pada percobaan kali ini
menghasilkan warna merah. Ini dikarenakan asam pekat yang digunakan dalam
percobaaan kali ini kemungkinan memiliki kadar kepekatan yang rendah sehingga
tidak terjadi reaksi
kondensasi antara α-naftol dan furfural (furfural terbentuk akibat
dehidrasi glukosa dalam asetat yang panas). berdasarkan teori yang kami dapatkan
uji molis dengan
menggunakan amilum harus terbentuk
warna merah, sedangkan uji molis
dengan menggunakan glukosa harus terbentuk
warna ungu. Ini menunjukkan dengan polisakarida seperti amilum,
seharusnya uji molisch
membentuk warna merah, sedangkan dengan monosakarida seperti glukosa, larutan
madu, larutan gula,
seharusnya membentuk
warna ungu.
Uji Iodin
Uji Iodin dalam
percobaan dilakukan dengan 3 kondisi yaitu asam, Netral dan Basa. Setelah
dilakukan percobaan dengan keadaan yang sama (volume sama dan konsentrasi sama) maka diperoleh dengan
basa (+ 2 tetes NaOH) tidak mengalami perubahan warna atau dengan kata lain tidak terbentuk
ikatan koordinasi antara ion iodida pada heliks. Dengan kondisi netral (+2 tetes air) timbul
warna biru, sedangkan dengan kondisi asam (+ 2 tetes HCl)
menimbulkan warna biru yang
cerah. Jadi pada kondisi asam-lah memberikan hasil uji terbaik. Hal ini disebabkan karena dengan basa I2 akan mengalami
reaksi sebagai berikut:
3 I2 + 6
NaOH → 5 NaI + NaIO3 + 3 H2O
Sehingga pada larutan tidak terdapat I2 yang menyebabkan tidak
terjadinya ikatan koordinasi sehingga warna biru tidak terjadi. Sedangkan pada
kondisi asam ternyata NaI dan NaIO3 adakan diubah menjadi I2
kembali oleh asam klorida. Dengan
reaksi:
5
NaI + NaIO3 + 6 HCl → 3 I2 + 6 NaCl + 3 H2O
Jawaban Pertanyaan
1.
Zat
lain yang memberi warna dengan iodine yaitu senyawa yang mengandung membentuk
heliks yaitu glikogen
2.
Kondisi
yang dapat memberikan hasil uji terbaik adalah pada kondisi pH asam berdasarkan
penjelasan dan hasil percobaan yang telah dijelaskan pada pembahasan tentang
Uji Iodine
VII. KESIMPULAN
1.
Uji
Molisch adalah Uji untuk mengidentifikasi adanya karbohidrat pada suatu sampel
2.
Warna
yang dihasilkan pada pereaksi molisch dengan polisakarida adalah warna merah,
sedangkan pada monosakarida berwarna biru.
3.
Uji
Barford digunakan untuk membedakan senyawa aldosa dengan ketosa juga untuk
mengenal monosakarida aldosa ddengan polisakarida atau disakarida.
4.
Polisakarida
tidak mengalami reaksi oksidasi, sedangkan monosakarida yang mengandung gugus
aldehid (senyawa aldosa) mengalami reaksi oksidasi
5.
Uji
Iodine digunakan untuk uji karbohidrat yang
membentuk siklik
6.
Uji
iodine baik dilakukan pada kondisi asam karena menghasilkan hasil yang optimal.
VIII.
DAFTAR
PUSTAKA
Ciptadi. 2003. Penuntun
Praktikum Biokimia. Palangkaraya: UNPAR
Sunarya,
Yayan. 2003. Kimia Dasar II. Bandung: Alkemi Grafisindo Press
Setiadi, Rahmat, dkk. 2001. Biokimia. Jakarta : Universitas Terbuka Indonesia
Poedjiadi, Anna. 1994. “Dasar-Dasar Biokimia”. Jakarta :
UI-Press.
Dorothy E
Schumm. 1992. Alih Bahasa: Sadikin Mochtar. Intisari
Biiokimia. Jakarta: Binarupa Aksara.
Comments
Post a Comment